Aku sering berdialog dengan sunyi.
Berharap ia bisa memberi tahu bagaimana cara melupakanmu.
Tapi diam terlalu pandai menyembunyikan jawab.
Ia hanya menggema, menertawakanku yang masih saja menetap di tempat yang kau tinggalkan.
Tiap malam aku mengisi kekosongan dengan ingatan.
Tak ada yang baru, semuanya masih tentangmu, yang bahkan tak pernah kembali.
Mereka bilang aku harus membuka lembaran baru, padahal aku bahkan belum selesai membaca halaman terakhir tentang kita.
Dan kadang aku ingin percaya, bahwa diamku cukup untuk kau dengar.
Tapi kenyataannya, hanya aku yang masih menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar