Hujan tahu, aku belum benar-benar selesai. Ia datang seperti biasa, membawa bau tanah yang dulu kamu suka, dan tetesnya yang menjatuhkan segala kenangan dari langit-langit pikiranku.
Tak ada percakapan.
Tak ada pertemuan.
Hanya diam yang terlalu sering mengisi ruang ini, ruang yang dulu pernah menjadi saksi bagaimana kita menertawakan waktu.
Sekarang, aku bahkan lupa bagaimana rasanya menertawakan apapun tanpamu.
Dan hujan... Ia hanya terus turun.
Seperti sedang menyalin seluruh kesedihanku dalam bahasa yang tak bisa dibantah siapa-siapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar