Terima kasih.
Atas segala petunjuk jalan yang tak pernah kuminta.
Kalian begitu sibuk menuntunku keluar dari jurang yang bahkan tak pernah kupijak.
Bersantai duduk manis di singgasana kesimpulan, memvonis dengan wajah penuh simpati yang harum oleh dupa penghakiman.
Apa rasanya menjadi Tuhan yang berkeliaran tanpa langit?
Yang merasa setiap keputusan orang lain adalah medan tugas suci untuk kalian luruskan…
Dengan nada tinggi dan wajah penuh belas kasihan.
Aku hanya ingin bernapas, tanpa harus meminta izin pada tangan-tangan asing yang sibuk mengatur kapan aku boleh terluka, dan bagaimana cara meratap yang sopan.
Jangan ajarkan aku cara hidup jika hidup kalian pun masih penuh kepura-puraan yang dibungkus ayat, dibungkus aturan, dan standar yang kalian ciptakan untuk menutupi kekosongan sendiri.
Sekali lagi aku bukan tanah liat untuk kalian bentuk seenaknya.
Jika aku retak, biarlah.
Biar retakku tumbuh bunga liar, bukan diperbaiki oleh tangan-tangan yang tak pernah mau mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar