Di antara jatuhnya salju yang tak pernah ditanya kenapa turun.
Aku memilih diam.
Bukan karena pasrah, tapi karena aku malas menempeli seluruh tubuhku dengan bulu kepura puraan.
Mereka bilang aku lari, padahal aku hanya masuk waktu hibernasi.
Seperti hewan liar yang memilih tidur panjang daripada terus menerkam.
Ironisnya manusia adalah makhluk paling cerewet yang selalu merasa berhak menuntut penjelasan atas sepinya orang lain.
Dan katanya aku berubah.
Padahal yang berubah itu ekspektasi mereka.
Aku hanya sedang tak mau lagi menjadi hewan sirkus di panggung pertunjukan.
Dimana akhirnya aku diizinkan untuk berlindung?
Karena rupanya setiap sudut persembunyian dipaksa harus dilaporkan, harus diperiksa, dituduh sebagai bentuk kelemahan.
Dan saat akhirnya kukeluarkan cakarku. Mereka semua mulai mengecam.
Padahal ku keluarkan bukan untuk menyerang, hanya untuk mempertahankan ruangku sendiri.
Aku disebut buas.
Padahal selama ini, aku cuma berusaha tidak mati dibekukan oleh dinginnya tuntutan kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar