Rabu, 18 Juni 2025

Yang Tak Pernah Terjadi




Kita pernah menuliskan daftar hal-hal yang ingin kita lakukan bersama.


Tertawa di bawah air terjun kecil.

Mengukir lilin cair diatas selembar kain batik.

 Menyusuri gang sempit kota tua.

Mencoba kopi paling pahit di sudut kafe.

Atau sekadar duduk diam di taman sambil mendengar lagu kesukaanmu.


Semuanya tertulis rapi dengan tanganmu, dengan harap yang begitu terang.


Tapi sekarang, daftar itu hanya menjadi dokumen yang tak lagi tumbuh.

Tidak ada yang dicoret, tidak ada yang ditandai "sudah selesai".


Sebab kamu pergi… terlalu cepat.

Terlalu tiba-tiba untuk semua yang ingin kita wujudkan.


Buku kamus Rusia yang dulu kamu pelajari masih ada di rak bukuku.

Dua sweater rajut yang ku pesan untuk rencana kita pergi ke kota dingin itu, masih kulipat rapi dalam lemari.

Dan dua tiket konser yang kita tunggu-tunggu, masih tersimpan dalam amplop, belum pernah disentuh.

Aku menatap semuanya seperti menatap masa depan yang dibekukan.

Tak bisa disentuh, tak bisa diselamatkan.


Kadang aku berpura-pura kamu masih di sini.

Masih membicarakan rencana itu, menambahkan hal baru, dan tertawa ketika aku mengusulkan ide konyol.


Tapi kenyataannya, rencana tinggal rencana.

Dan aku, kini hanya penunggu daftar yang tak akan pernah selesai.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini Bukan Puisi

(Tulisan ini dilahirkan olehku dan temanku Ongku) Aku bukan penyair , hanya perasa yang mencoba bersuara . Aku tak sedang menulis puisi , ak...