Kata mereka, luka hanya akan sembuh bila tak disentuh terlalu sering.
Maka kubungkus ratapku dalam suara serak, yang bergetar di balik dinding tenggorokan yang dikunci.
Tapi barangkali aku memekik terlalu keras, hingga gaungnya memantul teramat tajam.
Dan berakhir menciptakan bising gema dari dadaku, yang membuat para pengelana gentar untuk sekadar mengetuk.
Siapa yang sudi mendekat pada cahaya yang menyilaukan bukan karena indah, membutakan yang ingin mendekat dengan kilatan kegilaan dari mataku.
Mungkin itulah mengapa tak satu pun tapak, berani tinggal di pelataran jiwaku.
Dan barangkali langkahku terlalu berisik, atau mataku terlalu jujur menyimpan badai.
Menyesatkan arah mereka yang hanya ingin berlayar dalam ketenangan.
Dan bila semua lorong telah kutelusuri, semua pintu tak lagi menjawab, kepada siapa lagi harus kutawarkan tangan ini?
Atau haruskah aku mulai bersahabat, dengan bisu yang selama ini tak pernah meninggalkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar