Aku menunggumu seperti langit menanti rembulan yang tak tahu kapan, tapi terus berharap.
Tuan, kau bawa serta semua nyala dalam pelita jiwaku.
Kini bahkan malam pun bungkam, enggan berbisik kisah yang dulu kita rajut bersama.
Apakah kau pernah ingat tanganku yang gemetar tiap kali menyebut namamu dalam do'a?
Ataukah semua itu sudah tenggelam?
Di dasar hati yang telah kau segel dengan kepergian?
Sungguh, yang kupeluk kini hanyalah udara yang tak punya suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar