Aku ingin sekali menatapmu dengan pola mataku.
Tapi sayang redupmu terlalu menyala sehingga membuatku sulit menangkap bias wajahmu
Mencoba berbicara dari hati ke hati walaupun hatinya sudah mati.
Bernafas didalam sana apakah tidak membuatmu sesak?
Kembalilah, tanganku terasa kosong setelah kau memutuskan berkelana jauh.
Ia merindukan Tuannya, rasanya dingin tidak lagi hangat seperti saat kau genggam dulu.
Aku mencoba mengiklaskan kepergianmu tapi rasanya sama saja seperti meminum racun, menyakitkan.
Meskipun tidak langsung membunuhku, tapi perlahan turut mengikis jiwa dan kenangan, memudarkan segala yang ada...
Harap-harap disana ada Puan baru yang bisa menemanimu, meskipun di hati rasanya sangat membenci, tapi tak apa.
Sebab ingin memaksa pun takkan ada yang bisa berubah.
Berbahagialah dengan tenang Tuan.
Biarkan aku di sini sendiri, membusuk di tengah gelapnya malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar