(Tulisan ini dilahirkan olehku dan temanku Ongku)
Aku bukan penyair, hanya perasa yang mencoba bersuara.
Aku tak sedang menulis puisi, aku hanya tengah membedah isi dadaku dan menuangnya ke dalam kata-kata, yang rasanya terlalu sempit untuk menampung semua rasa sesak.
Aku bukan penyair atau binatang jalangnya chairil.
Yang pernah mencoba mempertemukan peluru dengan kulitnya.
Aku tak sedang menulis puisi
kata-kata
mengendap-ngendap
kawin sendiri dengan tinta merah
yang menjalar dari nganga luka
menuju raung terdalam
yang tak sempat
aku tafsirkan satu persatu.
Jangan sebut aku penyair.
Karena aku tak pernah belajar, cara merangkai metafora dengan elegan.
Aku hanya memungut serpihan emosi dan menjahitnya dengan jari berdarah.
Agar tidak tercecer di lantai pikiranku yang sudah penuh bangkai perasaan.
Jangan sebut aku penyair
apalagi penyihir
karena aku tak punya cermin ajaib
yang bisa mengatakan
puisi mana yang lebih merah
dari rambutku.